BUMMA Phuyakoi Puay-Yokiwa Kabupaten Jayapura papua Resmi Kantongi Ijin Pertambangan Rakyat untuk Masyarakat Adat Pertama di Tanah Papua
Badan Usaha Milik Masyarakat Adat Bhuyakoi Kampung Adat Yokiwa Distrik Sentani Timur Kabupaten Jayapura, satu-satunya Kampung Adat di Tanah Papua yang kini telah mengantongi Ijin Pertambangan Rakyat (IPR) untuk pengelongan pertambangan komunal Masyarakat adat di wilayah adat Kampung Yokiwa -Puay dari Dinas Enegi dan Sumberdaya Mineral (ESDM)Provinsi Papua. Lanjutkan membaca “BUMMA Phuyakoi Kantongi Ijin Pertambangan Rakyat Pertama di Tanah Papua”
Dokumen Pemetaan Wilayah Adat Tablasupa Resmi diterima BRWA
Perjuangan Masyarakat adat Kampung Tablasupa Kabupaten Jayapura selama kurang lebih tiga bulan untuk memenuhi persyaratan Pengakuan Peta Wilayah Adat Oleh negara akhirnya membuahkan hasil yang cukup memuaskan, Tim Pemetaan Peta Wilayah Adat Akhirnya merampungkan beberapa persyaratan awal untuk proses registrasi, dan pada akhirnya dokumen pemetaan yang diperjuangkan selama ini, diserahkan secara resmi kepada Badan Registrasi Wilayah Adat BRWA yang di terima langsung oleh kepala BRWA pusat Kasmita Widodo di Hotel Hom Abepura Sabtu 23/8/2025
Kerja Keras Masyarakat Adat Tablasupa melalui Tim Pemetaan Wilayah Adat guna mempertahankan Hak-hak dasar yang di anggap sebagai harga diri mereka atau warisan leluhur telah menjadi komitmen bersama semua masyarakat diatas Para-para adat
Ketua Tim Pemetaan Wilayah Adat Tablasupa Mathias Apaseray Usai menyerahkan Dokumen Pemetaan Kepada Kepala BRWA mengatakan, Kurang lebih tiga bulan Masyarakat adat Tablasupa melakukan tahapan-tahapan awal, mulai dari Penyatuan presepsi, identifikasi nama tempat, pengadministrasian serta banyak hal lainnya yang telah dikerjakan termasuk melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yakni Pengurus Daerah AMAN, BRWA Papua, sehingga pada hari ini kami merasa bangga, bisa diundang hadir menyerahkan Hasil Kerja kami langsung kepada Kepala BRWA pusat, ini suatu kebanggaan yang kami rasakan dalam perjuangan kami
Di tempat yang sama, Kasmita Widodo ( Kepala BRWA ) usai kegiatan langsung menemui Tim Pemetaan dan berdiskusi bersama, Kasmita juga Memberikan Apresiasi untuk kerja-kerja mandiri yang di lakukan oleh masyarakat Tablasupa untuk mempertahankan Hak-haknya
Kepala BRWA berpesan, Anak-anak muda sudah harus menjadi Garda terdepan di masyarakat adat memperjuangkan masa depannya sendiri melalui aset yang di tinggalkan leluhur, baik itu tanah, hutan, laut, dan banyak potensi lain yang ada di wilayah hukum adatnya
Kepala Kantor BRWA Papua, Zoel Hasbullah Juga dalam Diskusi menyampaikan bahwa, Dokumen Pemetaan yang diserahkan ini selanjutnya akan di registrasi untuk mendapatkan pengakuan negara, sehingga masyarakat adat Tablasupa mempunyai Wilayah adat yang benar-benar memiliki kepastian hukum yang jelas secara administrasi tuturnya. (ok)*
Musik Bambu Tradisional Banyuwangi Meriahkan HIMAS 2025
Menjelang Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) 9/8/2025 yang di gelar selama tiga hari dengan berbagai kegiatan sejak tanggal 7-9 Agustus lalu di Kasepuhan Guradog Kecamatan Curugbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, menghadirkan suasana yang berbeda dari sebelumnya
Kegiatan ini juga melibatkan desa – desa di kabupaten dan kota se provinsi Banten turut hadir memeriahkan HIMAS 2025 membawa alat-alat musik tradisional serta hasil produk pengolahan UMKM masyarakat adat.
Musik tradisional Angklung dari Banyuwangi, atau dikenal sebagai Angklung Caruk, adalah instrumen musik khas yang dihasilkan menggunakan bambu. Angklung Caruk berbeda dari angklung pada lainnya, karena memiliki ciri khas nada yang menyerupai musik khas Banyuwangi dan sering dikaitkan dengan keasliam mereka
Angklung Caruk adalah seni khas Banyuwangi yang berasal dari masyarakat Osing, perpaduan budaya Jawa dan Bali. Bentuknya mirip dengan calung dengan nada yang khas Banyuwangi, sering disebut juga sebagai Angklung Paglak.
Di Desa Guradog alat musik ini dipertontonkan saat malam pertunjukan langsung di panggung utama, suasana malam Hari masyarakat adat sedunia (HIMAS) di Guradog seakan-akan menebar pesona pada malam.
Bunyi musik bambu-bambu mengeluarkan suara yang sangat indah malam itu, gemah musik ini menghadirkan suasana indah di pedesaan Kasepuhan Guradog.
Aji Milano asal dari desa kemiren kota Banyuwangi provinsi Jawa Timur ( paling ujung) memainkannya dengan cara di pukul-pukul bambunya , Aji seornak anak yang di didik di sekolah adat osing desa kemiren Banyuwangi terlihat mahir menguasai teknik memainkan music bambu
Saat ditemui dengan gembira Aji menyampaikan bahwa, “saya sangat bersyukur dengan kegiatan HIMAS ini, Akhirnya saya juga bisa tampil di acara begini, ini hal yang tidak pernah saya bayangkan, sukses terus masyarakat adat jaya selalu raih hak-hak adatnya” ujarnya.
Di kesempatan yang sama Wiwin Indiarti Selaku Ketua Pengurus Harian Daerah AMAN Osing mengatakan bahwa Pola Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Osing di Kabupaten Banyuwangi Propinsi Jawa Timur, masyarakat Osing menyebut tradisi saat panen itu sebagai upacara “ngampung”. Para petani yang mampu biasanya nanggap kesenian “angklung sawahan” atau istilah yang lebih populer angklung paglak.
“Kami berharap dengan adanya kegiatan seperti ini bisa dapat mengenalkan musik-musik tradisional Indonesia ke dunia luar dengan berbagai ciri khas masyarakat adat juga, kami yakin Masi banyak daerah yang memiliki seni musik ciri khas masing-masing yang belum di tampilkan seperti ini”, Ujar Wiwin. (Anagret Eluay)
Jurnalis Masyarakat Adat Nusantara Resmi Dideklarasi
Apryadi Gunawan resmi terpilih sebagai Ketua Umum Asosiasi Jurnalis Masyarakat Adat Nusantara (AJMAN) untuk periode 2024–2029. Penetapan ini berlangsung dalam Pertemuan Nasional (Pernas) AJMAN Tahun 2025 yang digelar di Kasepuhan Adat, Desa Guradog, Kecamatan Curugbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Kamis (7/8/2025).
Pernas yang juga menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) 2025 tersebut mempertemukan para jurnalis masyarakat adat dari berbagai region di Indonesia.
Apryadi, yang akrab disapa Bang Apryadi, terpilih melalui proses musyawarah yang melibatkan tiga calon ketua, yakni dirinya bersama Maruli (perwakilan Sumatra) dan Dedy (perwakilan Kalimantan). Dalam waktu singkat, ketiganya bersepakat menetapkan Apryadi sebagai Ketua Umum AJMAN.
“Berdasarkan hasil rundingan, kami memutuskan untuk memilih Apryadi sebagai Ketum,”
Dalam sambutannya usai terpilih, Apryadi mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepadanya.
“Amanah yang diberikan akan saya jalankan dengan penuh tanggung jawab. Kita akan bersama-sama menggerakkan organisasi ini untuk mencapai tujuan besar perjuangan masyarakat adat,” ujarnya.
Sebagai organisasi sayap dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), AJMAN diharapkan menjadi pendorong utama dalam memperkuat suara dan eksistensi masyarakat adat melalui kerja-kerja jurnalistik. Apryadi menegaskan bahwa seluruh program ke depan akan difokuskan pada penguatan organisasi serta peningkatan kapasitas Jurnalis Masyarakat Adat (JMA).
“Organisasi ini akan menjadi salah satu pilar penting AMAN. Kehadiran AJMAN membuat gerakan perjuangan masyarakat adat tidak lagi pincang. Kita akan memperkuat JMA dengan peningkatan kapasitas agar menjadi jurnalis yang profesional,” tambahnya.
AJMAN direncanakan akan dideklarasikan secara resmi pada puncak peringatan HIMAS 2025, Sabtu (9/8/2025).
Selain pemilihan Ketua Umum, hasil Pernas juga menetapkan 9 orang Dewan Nasional JMA. Terdiri dari 7 orang perwakilan dari masing-masing region (5 laki-laki dan 2 perempuan), serta 2 nama lainnya ditunjuk langsung oleh Pengurus Besar AMAN. (admin*)
Perempuan Adat Merauke Bongkar Kejahatan PSN
Jelang perayaan Hari Internasional Masyarakat adat Se-Dunia “HIMAS” tanggal 9,Agustus 2025 yang di buka secara resmi oleh tetua Adat Kesepuhan Guradog hari ini 7,Agustus 2025 di Desa Guradog kecamatan Curug bitung, Lebak Banten
Yashinta Moiwend, perempuan adat dari Kabupaten Merauke, Papua Selatan yang banyak menyuarakan soal PSN Merauke diundang hadir dalam kegiatan ini
Mama Yashinta, panggilan akrabnya ini saat diberi kesempatan berbagi cerita tragis yang berkaitan langsung dengan hak-hak masyarakat adat di Merauke yang dirampas, dibongkar tanpa sepengetahuan masyarakat adat sebagai pemilik hak ulayat.
“Saya sangat berterimakasih karena bisa hadir disini (Lebak), karena saya juga perempuan adat. Hutan dan tanah yang kami pertahankan saat ini ibarat rahim seorang perempuan yang sedang di bongkar, dirampas dengan semena-mena, dan kami yakin ini sudah melanggar hak-hak hidup masyarakat adat,” ujarnya.
Mama Yashinta juga meminta kepada semua perempuan adat yang tergabung didalam organisasi AMAN untuk bersolidaritas dan menyuarakan dengan tegas bahwa kita semua menolak PSN Merauke dan juga PSN yang ada dan sedang berjalan di daerah lain.
“Jika tidak saat ini, maka sudah pasti masyarakat adat akan punah dan hanya tinggal nama saja,” tuturnya (ok)