AMAN Dampingi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Adat,di Kampung Yokiwa

Badan Usaha Milik Masyarakat Adat BUMMA Puaikoy Kampung Adat Yokiwa mendapat dukungan dari berbagai pihak, Selain Dokumen  Ijin Pertambangan Rakyat ( IPR ) yang di keluarkan Pemda Provinsi papua melalui Dinas Energi Sumber daya Mineral dan PTSP Provinsi Papua di kampung Yokiwa Sentani Timur kabupaten Jayapura 13/9/2025, BUMMA Puaikoy juga mendapat dukungan penuh dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara PD. AMAN Jayapura

Di Sela-sela acara Penyerahan IPR, Ketua PD AMAN Jayapura Benhur Wally saat di mintai Keterangan Mengatakan bahwa, Model Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masyarakat Adat yang telah di sepakati adalah, Model Badan Usaha yang akan membidangi beberapa jenis usaha salah satunya, Pertambangan Rakyat yang akan di organisir dengan sistim manajemen Koperasi

Ketua AMAN juga menambahkan Kampung Yokiwa Sendiri telah memenuhi syarat, baik itu data spacial juga data sosialnya, sehingga pihaknya akan mendorong Badan Usaha Puaikoy sebagai lembaga Kemandirian  Ekonomi Masyarakat adat dalam Binaan AMAN

Saat ini AMAN akan serius mendorong pemetaan di beberapa komunitas masyarakat adat termasuk Wilayah Adat Yokiwa dengan masyarakat adat yang lain , guna mendukung aktifitas BUMMA Puaikoy, AMAN dan Lembaga Mitra lainnya seperti BRWA akan terus ada di  Masyarakat adat untuk mendampingi  proses pemetaan wilayah adatnya hingga selesai. (ok)

KETUA AMAN: Program OTSUS Harus Merujuk Pada Data dari Masyarakat Adat

Penggunaan Dana Otsus di Papua diharapkan bisa sampai ke sasarannya, Banyak hal yang berkaitan dengan eksistensi masyarakat Adat di Papua terkesan diabaikan

Kita ketahui bersama bahwa Undang-undang Otsus Papua jilid 2 yang Merujuk pada Undang-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua. UU ini mengubah dan memperluas ketentuan dalam UU Otonomi Khusus sebelumnya yang berakhir pada tahun 2021, dengan tujuan untuk mendorong keinginan dan perbaikan pelaksanaan Otonomi Khusus di Papua

Hal ini disampaikan oleh Benhur Yudha Wally Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) saat di wawancara usaii Musyawarah Pemetaan wilayah adat di kampung Tablasupa Distrik Depapre Kabupaten Jayapura Papua Jum’at 5/9/2025

Menurut Ketua AMAN, ada ruang untuk memperbaiki kebijakan otonomi khusus di Papua, penggunaan Anggaran Otsus perlu memperhatikan kehidupan lanjutan Masyarakat adat, bukan pembiayaan terhadap hal-hal yang tidak ada sangkut paut dengan eksistensi orang asli Papua

UU Otsus itu bersifat “Lex Specialis” artinya arah kebijakannya benar-benar mengarah kepada Orang asli Papua yang sampai hari ini terancam keberadaannya diatas tanah leluhurnya. Orientasi Dana Otsus tidak harus digunakan untuk memperkaya individu atau kelompok tertentu, tetapi dalam kebijakannya harus benar-benar sampai pada sasaran

Hari ini banyak orang Papua kehilangan jati dirinya, Banyak hal terdegradasi, antara lain Nilai dan norma-norma adat, Kebijakan UU Otsus seharusnya jadi tiang penyangga, atau benteng pertahanan keruntuhan itu, Perubahan-perubahan regulasi tingkat Nasional juga dinilai jadi sumber potensi yang akan memporak-poranda hak-hak dasar orang asli papua

Ketua AMAN Jayapura juga sebagai Anggota DPR Provinsi Papua Utusan Masyarakat adat Berharap, Penggunaan Dana Otsus yang Merujuk pada UU Otonomi Khusus tahun terbaru itu harus di rujuk dan menyentuh langsung Masyarakat adat, karena representasi afirmatif tertinggi tentang perlindungan orang aslin papua ada di UU Itu, oleh karena itu setiap program yang di rujuk harus benar-benar singkron dengan fakta yang terjadi

Benhur Wally Menghimbau kepada seluruh orang asli Papua yang ada di kampung-kampung untuk menyiapkan Data Administrasinya, Baik itu Data Sosial juga Data Spasial, data Pemetaan Wilayah adat, Aturan-aturan atau norma-norma adat yang selama ini tidak tertulis, harus di tulis supaya tetap terwariskan ke generasi yang baru, nilai-nilai kebudayaan semua perlu di inventarisir

Penyiapan data secara Administrasi itu penting, agar BP3OKP dapat menjadikan data-data langsung dari masyarakat adat sebagai acuan kebijakan penggunaan dana Otsus, Baik itu bidang Pendidikan ( Program Beasiswa ) Bidang Ekonomi (Kelompok-kelompok masyarakat Usaha di adat ) Penguatan Kelembagaan ( Perempuan, Pemuda, Otoritas atau Struktur pemerintahan Adatnya ) Pelestarian Nilai-nilai Budaya ( Sanggar-sanggar Seni ) dan Masi banyak lagi yang perlu di infentarisir. Jadi kebijaksana Anggaran OTSUS Bukan memuat Program dari pemerintah ke masyarakat adat, tetapi berdasarkan data dari masyarakat adat itu sendiri, karena mereka yang tau membutuhkan mereka

Aliansi Masyarakat adat Nusantara AMAN saat ini akan terus mendampingi Komunitas-komunitas Masyarakat adat di Papua sampai di kampung-kampung untuk mempersiapkan data-datanya secara administrasi, supaya bisa jadi acuan dari arah kebijakan negara sehingga penghormatan negara terhadap hak-hak dasar masyarakat adat menjadi nyata

Keberpihakan yang kami maksudkan bukan penggunaan anggaran Otonomi Khusus saja, tetapi juga harus di dorong regulasi-regulasi khusus yang berbarengan untuk keberkanjutan hidup masyarakat adat

Genosida suatu suku bangsa bukan hanya terjadi dengan pembunuhan masal yang nyata, tetapi ada juga yang terjadi secara tidak nyata melalui kebijakan-kebijakan yang salah dan tidak tepat sasaran, hal semacam ini kami tolak secara tegas, tidak boleh terjadi di tanah Papua, tuturnya. (Oke)

Dokumen Pemetaan Wilayah Adat Tablasupa Resmi diterima BRWA

Perjuangan  Masyarakat adat Kampung Tablasupa Kabupaten Jayapura selama kurang lebih tiga bulan untuk memenuhi persyaratan Pengakuan Peta Wilayah Adat Oleh negara akhirnya membuahkan hasil yang cukup memuaskan, Tim Pemetaan Peta Wilayah Adat Akhirnya merampungkan beberapa persyaratan awal untuk proses registrasi, dan pada akhirnya dokumen pemetaan yang diperjuangkan selama ini, diserahkan secara resmi  kepada Badan Registrasi Wilayah Adat BRWA yang di terima langsung oleh kepala BRWA pusat Kasmita Widodo di Hotel Hom Abepura Sabtu 23/8/2025

Kerja Keras Masyarakat Adat Tablasupa melalui Tim Pemetaan Wilayah Adat guna mempertahankan Hak-hak dasar yang di anggap sebagai harga diri mereka atau warisan leluhur telah menjadi  komitmen bersama semua  masyarakat  diatas Para-para adat

Ketua Tim Pemetaan Wilayah Adat Tablasupa Mathias Apaseray Usai menyerahkan Dokumen Pemetaan Kepada Kepala BRWA mengatakan, Kurang lebih tiga bulan Masyarakat adat Tablasupa melakukan tahapan-tahapan awal, mulai dari  Penyatuan presepsi, identifikasi nama tempat, pengadministrasian serta banyak hal lainnya yang telah dikerjakan termasuk melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yakni  Pengurus Daerah AMAN, BRWA Papua, sehingga pada  hari ini kami merasa bangga, bisa diundang  hadir  menyerahkan Hasil Kerja kami langsung kepada Kepala BRWA pusat, ini suatu kebanggaan yang kami rasakan dalam perjuangan kami

Di tempat yang sama, Kasmita Widodo ( Kepala BRWA ) usai kegiatan langsung  menemui Tim Pemetaan dan berdiskusi bersama, Kasmita juga  Memberikan Apresiasi untuk kerja-kerja mandiri yang di lakukan oleh masyarakat Tablasupa untuk mempertahankan Hak-haknya

Kepala BRWA berpesan, Anak-anak muda sudah harus menjadi Garda terdepan di masyarakat adat memperjuangkan masa depannya sendiri melalui aset yang di tinggalkan leluhur, baik itu tanah, hutan, laut, dan banyak potensi lain yang ada di wilayah hukum adatnya

Kepala Kantor BRWA Papua, Zoel Hasbullah Juga dalam Diskusi menyampaikan bahwa, Dokumen Pemetaan yang diserahkan ini selanjutnya akan di registrasi untuk mendapatkan pengakuan negara, sehingga masyarakat adat Tablasupa mempunyai Wilayah adat yang benar-benar memiliki kepastian hukum yang jelas secara administrasi tuturnya. (ok)*

AMAN JAYAPURA TOLAK RENCANA PENGOLAHAN NIKEL DI CYCLOOP

Rencana pengolahan tambang nikel  di kabupaten Jayapura,  telah Mengkapling area Cycloop sebagai wilayah pengolahannya, diduga  telah terjadi  Kontrak karya PT. Bukit Iriana Sentani  sebagai Perusahaan Tambang Nikel  Yang mengantongi Kontrak Karya Eksplorasi Nikel di Wilayah Cycloop sampe tanjung Tanah Merah wilayah Depapre dengan  Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, dari informasih peta yang beredar, kontrak karya ini melingkupi  beberapa wilayah  distrik didalamnya yaitu distrik Depapre, Ravenirara, waibu, Sentani Barat, Sentani, Sentani Timur dan kota jayapura

Rencana pengolahan tambang nikel ini telah lebi dulu dilakukan sorvei pada tahun 2024 bulan Mey oleh PT. Danmar Explorindo di Area Cycloop Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Sarmi pada mey 2024 Lanjutkan membaca “AMAN JAYAPURA TOLAK RENCANA PENGOLAHAN NIKEL DI CYCLOOP”

Panitia Musyawarah Pemuda Adat Wilayah Tepera Dibentuk

Perayaan Tahun baru di Papua, sudah jadi tradisi  memupuk persatuan, kesatuan,  kebersamaan serta mengikat erat tali persaudaraan, hal ini selalu di rayakan di  setiap komunitas masyarakat adat yang ada di papua

Awal tahun 2025 menjadi tonggak sejarah  terbentuknya  panitia Musyawarah besar Pemuda Adat  ( Tepera  do )  wilayah hukum adat Tablasupa Distrik Depapre kabupaten Jayapura yang pertama kali, Hal ini disampaikan  dalam ruang diskusi Pemuda Adat Tablasupa pada kegiatan HUT pemuda adat ” Tepera do ”  ke VI tahun,  tanggal 9/1/2025 yang dikemas dalam bentuk ibadah  syukur dan Sukacita Yosim Jumat 17/1/2025, bertempat di para-para adat suku Serontou kampung Tablasupa

Tahun 2018 adalah tahun berdirinya Komunitas Pemuda Adat Tepera do dalam lingkup wilayah Tablasupa, tahun 2025 Komunitas Pemuda Adat ini menyatakan diri untuk lebih berkembang, sehingga mulai membentuk panitia Mubes I yang akan melibatkan berbagai pihak Lanjutkan membaca “Panitia Musyawarah Pemuda Adat Wilayah Tepera Dibentuk”

Sukacita Masyarakat Adat Kampung Wambena,  Antar Pendeta Ke Tempat Tugas Baru

Setelah  Empat tahun melayani di GKI Sinai Kampung Wamena Klasis Tanah Merah Depapre, Pdt. Agnes Serontou dimutasikan ke jemaat Wibong II Amai kampung Tablasupa Distrik Depapre  setelah Klasis Tanah merah mengeluarkan SK Mutasi Tertanggal 6/6/2024 lalu

Iring – iringan kendaraan roda dua dan roda empat  dari Kampung Wambena Rabu 21/8/2024 menuju pantai Amai dengan sukacita besar,  sebagian  jemaat terharu setelah mengantarkan pendeta Agnes tiba di tempat tugas yang baru, Air matapun tak tertahankan disaat berpegangan tangan dan berpelukan sebagai tanda untuk berpisah

 Pemerintah kampung Wambena, ( Kepala Kampung), Tokoh Adat ( Onfoafi), Majelis Jemaat seutuhnya, serta Badan Pelayan empat unsur yang ada di Jemaat Sinai Wambena semua ikut terlibat dalam kegiatan pengantaran Hamba Tuhan ini.

Kedatangan mereka  disambut  langsung Tokoh-tokoh masyarakat kampung Tablasupa, yaitu Kepala Kampung Tablasupa, Ondoafi, dan Majelis Jemaat serta unsur-unsur jemaat

Pengantaran Pendeta kali ini disaksikan Badan Pekerja Klasis Tanah Merah yang dihadiri langsung oleh Sekertaris Klasis  Pdt. Alfius Kawaitou S.Th

Sekertaris Klasis Tanah Merah Pdt Alfius Kawaitou Saat Memberikan Sambutan

Dalam Sambutan  Sekertaris Klasis Pdt. Kawaitou  mengawalinya dengan menyampaikan banyak terimakasih kepada jemaat GKI Sinai  Wambena yang selama ini telah bersama-sama Pdt. Agnes Serontou melakukan tugas pelayanan dan kali ini dengan  suka cita warga jemaat ikut mengantarkan ke tempat tugas yang baru, dan  selanjutnya akan bertugas seperti biasa  bersama majelis jemaat melayani jemaat, Ia juga berharap kepada majelis dan  jemaat Wibong II Amai untuk mengedepankan kerja sama yang baik bersama pendeta

Di tempat yang sama pula, Kepala Kampung Tablasupa Maurits Serontou selaku perwakilan Warga Masyarakat dan Jemaat Wibong Tablasupa  mengucapkan selamat datang bagi Pdt. Agnes Serontou  di jemaat Wibong II Amai, dan selanjutnya Pihak Pemerintah kampung dan gereja terus menjadi mitra kerja yang baik untuk memajukan Kampung dan jemaat dengan program-program yang telah ada, kepala kampung juga menyebutkan bahwa untuk keagamaan, pemerintah kampung Tablasupa selalu menganggarkan Anggran pembinaan untuk peningkatan penatalayanan gereja dan jemaat

Kegiatan yang berlangsung kurang lebi 3 jam ini, diakhiri dengan jamuan kasih ( makan bersama ) , setelah itu warga jemaat GKI Sinai Wambena bergegas meninggalkan Pantai Amai kembali ke kampung Halamannya. (oK)

Pentingnya pelestarian Budaya, Ketua Dewan Adat Kampung Kunjungi Perpustakaan

Dampak dari lajunya perkembangan pembangunan di tanah Papua, nilai-nilai budayapun mulai ikut tergilas, generasi muda saat ini belum banyak memahami serta menguasai bahasa daerahnya

Hal ini mulai diseriusi oleh Dewan Adat Kampung Tablasupa, dengan mendatangi perpustakaan Waribu Kampung Tablasupa distrik Depapre kabupaten Jayapura papua untuk berkolaborasi dalam pembuatan Kamus alam berbahasa ibu, serta meningkatkan nilai-nilai seni

Ketua Dewan Adat Tablasupa Jefri Apaseray saat bertandang ke Perpustakaan bertemu ketua pengelola perpustakaan Ibu Octovina Kisiwaitou, Kamis 18/7/2024 mengatakan, pihak adat sangat mendukung aktifitas perpustakaan kampung, ia mengharapakan ke depannya akan ada kerja sama dalam pembuatan Kamus dalam bentuk buku dan aplikasih untuk anak-anak generasi muda, sehingga bahasa ibu, tidak hilang pungkasnya

Ketua pengurus perpustakaan Waribu Kampung Tablasupa juga menyampaikan bahwa, Fungsi khadiran perpustakaan di kampung guna mendukung kebutuhan masyarakat termasuk melestarikan budaya, kami akan terus berkoordinasi untuk tindak lanjuti hasil pembahasan ini, semoga ada pihak yang bisa bekerja sama dengan kami untuk mempermudah proses ini, tuturnya (*)

Snap Mor, Cara Tradisional Masyarakat Adat Biak Menangkap Ikan

Ratusan Masyarakat Adat Suku Biak berduyun-duyun pergi ke pantai. Mereka hendak menangkap ikan secara tradisional. Budaya ini kerap dilaksanakan Masyarakat Adat Suku Biak pada saat air laut pasang besar hingga surut besar yang terjadi di saat bulan sabit dan bulan purnama pertama di bulan Juni hingga Oktober. Cara menangkap ikan secara tradisional ini disebut Snap Mor.

“Snap Mor merupakan salah satu cara kegiatan mata pencaharian berkelanjutan yang dimiliki Suku Biak,” jelas Kumeser Kafiar, salah seorang tokoh Masyarakat Adat Biak Papua belum lama ini.

Suku Biak adalah salah satu suku di Papua yang mendiami pulau Biak dan sekitarnya. Pulau Biak berada di Utara Papua berbatasan langsung dengan Samudara Pasifik.

Suku Biak merupakan salah satu komunitas suku terbesar di Papua. Bahasa mereka satu, yang membedakan mereka adalah dialek yang dipakai oleh kelompok-kelompok komunitas dalam Suku Biak.

Suku ini mempunyai satu budaya yang cukup terkenal yaitu Snap Mor. Budaya Snap Mor merupakan kebiasaan Masyarakat Adat Biak melaksanakan pesta menangkap ikan secara beramai-ramai. Budaya ini sekaligus sebagai bentuk melestarikan Sumber Daya Alam mereka.

Kegiatan Snap Mor adalah kegiatan menangkap ikan secara tradisional dengan cara memagari sebagian pesisir dengan alat bantu jaring sambil menjaganya sejak air pasang waktu pagi hari atau subuh hingga saat air surut di siang hari. Disaat air surut, maka saat itu lah dipersilahkan semua warga kampung, bahkan kampung tetangga untuk mulai menangkap ikan.

“Tradisi ini sudah kami lakukan sejak nenek moyang. Hingga kini tetap dipertahankan turun temurun,” ungkap Kafiar.

Aktivis Aliansi Masyarakat Adat Nusantara AMAN dan Dewan Adat Papua Biak ini menjelaskan sebelum melakukan Snap Mor, daerah atau lokasi yang ingin dijadikan sebagai tempat Snap Mor harus disasi atau dilarang. Pelarangan ini dilakukan beberapa waktu tertentu sehingga tidak ada orang yang melakukan aktivitas penangkapan ikan di lokasi itu. Setelah habis waktu larangan, maka lokasi itu diizinkan untuk dilakukan aktivitas penangkapan ikan.

Sebelum Masyarakat Adat Suku Biak mengenal adanya jaring, maka yang dilakukan adalah mengumpulkan sebagian batu karang menjadi tumpukan, lalu membiarkan ikan untuk berada dalam tumpukan-tumpukan batu karang tersebut. Disaat air laut surut, masyarakat beramai ramai menangkap ikan yang berada pada tumpukan batu karang tersebut.

“Tumpukan batu karang tersebut disebut Mor,” terang Kafiar.

Lalu, dengan adanya pengetahuan jaring maka ditambah dengan kegiatan menjaring atau memagari tepi pantai atau laut dengan jaring.

“Cara ini disebut Snap,” imbuhnya.

Kafiar menambahkan Snap Mor dapat dikatakan kegiatan inklusi sosial karena dapat diikuti oleh anak anak, remaja, pemuda-pemudi laki- laki dewasa, orang tua maupun orang disabilitas.

Fredrik Morin, salah seorang nelayan di Biak mengakui tradisi Snap Mor merupakan tradisi sakral yang dilakukan pada waktu atau kesempatan tertentu. Fredrik menyebut kebiasaan Masyarakat Adat Biak ini turun temurun terus dilestarikan dalam upaya menjaga keseimbangan alam, yang condong menggunakan alat tangkap moderen. Menurutnya, cara menangkap ikan seperti ini sebagai bagian upaya mereka menjaga alam.

“Tradisi ini untuk menjaga keseimbangan alam, sehingga alam juga memberikan manfaat bagi kita manusia,” katanya.

Fredrik mengatakan selain untuk keseimbangan alam, tradisi Snap Mor juga sebagai edukasi kepada Masyarakat Adat untuk menjaga lingkungan agar populasi ikan tetap ada untuk memberikan manfaat ekonomi.

“Snap Mor tidak saja sebagai budaya dan tradisi, tapi juga untuk memenuhi kebutuhan dalam kegiatan-kegiatan besar yang dibuat oleh Masyarakat Adat Suku Biak,” tutupnya.

Penulis: Nesta Makuba

Potret Sekolah Adat Berbasis Teknologi di Perbatasan RI-PNG 

Oleh : Nesta Makuba

Jayapura,20/12/2023_Jauh dari pusat kota dan hiruk pikuk keramaian, tak membuat sekolah adat di Distrik Mindiptana terasing. Sekolah adat yang berlokasi di dekat perbatasan RI-Papua Nugini ini justru diminati oleh banyak orang, terutama perempuan adat Papua.

Genoveva Kangrinon misalnya, ibu berusia 56 tahun ini sudah satu tahun lebih belajar di sekolah adat tersebut. Ia mengaku banyak sekali mendapatkan ilmu yang cukup berharga dari sekolah adat berbasis teknologi tersebut. Lanjutkan membaca “Potret Sekolah Adat Berbasis Teknologi di Perbatasan RI-PNG “