Ketua Pengurus Daerah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara ( PD. AMAN ) Jayapura Benhur Wally yang juga Sebagai Anggota DPR Provinsi Papua Utusan Masyarakat adat berkunjung ke kampung Tablasupa Distrik Depapre Kabupaten Jayapura Papua, Sabtu 10/5/2025 bertemu Tim pemetaan peta wilayah adat Tablasupa Komunitas suku Tepera guna memberikan dukungan pendampingan Lanjutkan membaca “AMAN Jayapura Akan Dampingi Proses Pemetaan Wilayah adat di Tablasupa”
PENGELOLAAN HUTAN ADAT YAPSI-KAUREH DINILAI TIDAK ADIL
Perwakilan Masyarakat adat Suku Oktim/Oria, Distrik Yapsi dan Distrik Kaureh datangi Kantor Majelis Rakyat Papua ( MRP ) kamis 8/5/2025, Melakukan Koordinasi terkait aspirasi mereka yang disampaikan ke MRP Tentang Pemanfaatan Hutan Adat di Wilayah Mereka ( Wilayah Pembangunan 4 Kabupaten Jayapura ) dan MRP sebagai lembaga representasi orang asli papua telah mengeluarkan kebijakan dalam bentuk rekomndasi untuk di Tindak lanjuti
Lanjutkan membaca “PENGELOLAAN HUTAN ADAT YAPSI-KAUREH DINILAI TIDAK ADIL”
MASYARAKAT ADAT WALSA DI PERBATASAN RI/PNG BERSEDIA MASUK KEANGGOTAAN AMAN
Suku Walsa adalah salah satu suku dari 7 suku asli masyarakat adat di wilayah pemerintahan kabupaten Keerom Papua, Suku Walsa sendiri ada 5 kampung asli dan suku fermanggem sendiri terdiri dari 3 Kampung asli, 8 kampung ini yang mendiami bagian perbatasan wilayah RI/PNG yakni kampung PUND, Kmpung BOMPAI,Kampung KALIMALA, Kampung BANDA, Kampung YUWAINDA, Kampung AMPAS, Kampung KALIFAM, dan Kampung SAH.
8 kampung ini disebut suku Walsa Permanggem, dalam struktur tatanan adat mereka pimpinan tertingginya adalah kepala suku per Clen atau Marga Lanjutkan membaca “MASYARAKAT ADAT WALSA DI PERBATASAN RI/PNG BERSEDIA MASUK KEANGGOTAAN AMAN”
Panitia Musyawarah Pemuda Adat Wilayah Tepera Dibentuk
Perayaan Tahun baru di Papua, sudah jadi tradisi memupuk persatuan, kesatuan, kebersamaan serta mengikat erat tali persaudaraan, hal ini selalu di rayakan di setiap komunitas masyarakat adat yang ada di papua
Awal tahun 2025 menjadi tonggak sejarah terbentuknya panitia Musyawarah besar Pemuda Adat ( Tepera do ) wilayah hukum adat Tablasupa Distrik Depapre kabupaten Jayapura yang pertama kali, Hal ini disampaikan dalam ruang diskusi Pemuda Adat Tablasupa pada kegiatan HUT pemuda adat ” Tepera do ” ke VI tahun, tanggal 9/1/2025 yang dikemas dalam bentuk ibadah syukur dan Sukacita Yosim Jumat 17/1/2025, bertempat di para-para adat suku Serontou kampung Tablasupa
Tahun 2018 adalah tahun berdirinya Komunitas Pemuda Adat Tepera do dalam lingkup wilayah Tablasupa, tahun 2025 Komunitas Pemuda Adat ini menyatakan diri untuk lebih berkembang, sehingga mulai membentuk panitia Mubes I yang akan melibatkan berbagai pihak Lanjutkan membaca “Panitia Musyawarah Pemuda Adat Wilayah Tepera Dibentuk”
Sukacita Masyarakat Adat Kampung Wambena, Antar Pendeta Ke Tempat Tugas Baru
Setelah Empat tahun melayani di GKI Sinai Kampung Wamena Klasis Tanah Merah Depapre, Pdt. Agnes Serontou dimutasikan ke jemaat Wibong II Amai kampung Tablasupa Distrik Depapre setelah Klasis Tanah merah mengeluarkan SK Mutasi Tertanggal 6/6/2024 lalu
Iring – iringan kendaraan roda dua dan roda empat dari Kampung Wambena Rabu 21/8/2024 menuju pantai Amai dengan sukacita besar, sebagian jemaat terharu setelah mengantarkan pendeta Agnes tiba di tempat tugas yang baru, Air matapun tak tertahankan disaat berpegangan tangan dan berpelukan sebagai tanda untuk berpisah
Pemerintah kampung Wambena, ( Kepala Kampung), Tokoh Adat ( Onfoafi), Majelis Jemaat seutuhnya, serta Badan Pelayan empat unsur yang ada di Jemaat Sinai Wambena semua ikut terlibat dalam kegiatan pengantaran Hamba Tuhan ini.
Kedatangan mereka disambut langsung Tokoh-tokoh masyarakat kampung Tablasupa, yaitu Kepala Kampung Tablasupa, Ondoafi, dan Majelis Jemaat serta unsur-unsur jemaat
Pengantaran Pendeta kali ini disaksikan Badan Pekerja Klasis Tanah Merah yang dihadiri langsung oleh Sekertaris Klasis Pdt. Alfius Kawaitou S.Th

Dalam Sambutan Sekertaris Klasis Pdt. Kawaitou mengawalinya dengan menyampaikan banyak terimakasih kepada jemaat GKI Sinai Wambena yang selama ini telah bersama-sama Pdt. Agnes Serontou melakukan tugas pelayanan dan kali ini dengan suka cita warga jemaat ikut mengantarkan ke tempat tugas yang baru, dan selanjutnya akan bertugas seperti biasa bersama majelis jemaat melayani jemaat, Ia juga berharap kepada majelis dan jemaat Wibong II Amai untuk mengedepankan kerja sama yang baik bersama pendeta
Di tempat yang sama pula, Kepala Kampung Tablasupa Maurits Serontou selaku perwakilan Warga Masyarakat dan Jemaat Wibong Tablasupa mengucapkan selamat datang bagi Pdt. Agnes Serontou di jemaat Wibong II Amai, dan selanjutnya Pihak Pemerintah kampung dan gereja terus menjadi mitra kerja yang baik untuk memajukan Kampung dan jemaat dengan program-program yang telah ada, kepala kampung juga menyebutkan bahwa untuk keagamaan, pemerintah kampung Tablasupa selalu menganggarkan Anggran pembinaan untuk peningkatan penatalayanan gereja dan jemaat
Kegiatan yang berlangsung kurang lebi 3 jam ini, diakhiri dengan jamuan kasih ( makan bersama ) , setelah itu warga jemaat GKI Sinai Wambena bergegas meninggalkan Pantai Amai kembali ke kampung Halamannya. (oK)
Masyarakat Tablasupa Mulai Focus Tahapan Pembuatan Peta Hak Ulayat Kampung
Masyarakat Kampung Tablasupa berkumpul bersama para tetua adat di ( Para-para adat ) Suku Serontou untuk membahas persiapan tim pemetaan hak ulayat masyarakat adat pada Sabtu, 3 Agustus 2024. Pertemuan diadakan di Tablasupa, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Papua.
Ketua Dewan Adat Kampung Tablasupa Atanasius Okoseray dalam pertemuan itu menyampaikan bahwa sebagai langkah awal, Tim Pemetaan yang di bentuk langsung dari masyarakat adat perlu mengidentifikasi cerita keberadaan masyarakat di kampung Tablasupa dan hubungan dengan kampung Yang lain, Cerita-cerita masa lalu itu bisa menjadi referensi guna mendukung proses pembuatan Peta Hak Ulayat Masyarakat Adat yang akan diusulkan ke kementerian untuk mendapat legitimasi status hutan adat.
Bicara tentang status hutan, Saat ini ada dua agenda besar yang menjadi sorotan terkait dengan pengelolaan hutan, yakni peningkatan kesejahteraan masyarakat (khususnya di sekitar hutan) dan juga penciptaan model pelestarian hutan yang efektif.
Pemerintah telah menyiapkan program yang memastikan bahwa sarana pengentasan kemiskinan masyarakat, khususnya di sekitar hutan. Salah satunya adalah dengan menciptakan keharmonisan antara peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan pelestarian lingkungan. Hal itu diharapkan bisa terwujud melalui Program Perhutanan Sosial. Program Perhutanan Sosial bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pola pemberdayaan yang tetap berpedoman pada aspek kelestarian.
Hutan adat masyarakat Tablasupa di Distrik Depapre adalah salah satu hutan yang penting untuk dijaga. Hutan tersebut menjadi salah satu tempat tinggal burung Cenderawasih. Sejak 2014 Kelompok Pecinta Alam (KPA) yang dikoordinir langsung oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Papua ikut menjaga hutan tersebut.

Menurut penjelasan Tokoh-tokoh adat dalam pertemuan itu bahwa, wilayah hukum adat yang ada sampai sekarang merupakan titipan leluhur mereka, untuk itu tidak diperbolehkan untuk merubah status ke dalam bentuk apapun, agar supaya hubungan antara alam dan manusia, nilai-nilai sakral yang ada dalam hutan tetap terjaga, dan juga proses pengolahan SDA dalam hutan adat ini bisa di kelolah secara oleh masyarakat adat sendiri. (Ok)
Pentingnya pelestarian Budaya, Ketua Dewan Adat Kampung Kunjungi Perpustakaan
Dampak dari lajunya perkembangan pembangunan di tanah Papua, nilai-nilai budayapun mulai ikut tergilas, generasi muda saat ini belum banyak memahami serta menguasai bahasa daerahnya
Hal ini mulai diseriusi oleh Dewan Adat Kampung Tablasupa, dengan mendatangi perpustakaan Waribu Kampung Tablasupa distrik Depapre kabupaten Jayapura papua untuk berkolaborasi dalam pembuatan Kamus alam berbahasa ibu, serta meningkatkan nilai-nilai seni
Ketua Dewan Adat Tablasupa Jefri Apaseray saat bertandang ke Perpustakaan bertemu ketua pengelola perpustakaan Ibu Octovina Kisiwaitou, Kamis 18/7/2024 mengatakan, pihak adat sangat mendukung aktifitas perpustakaan kampung, ia mengharapakan ke depannya akan ada kerja sama dalam pembuatan Kamus dalam bentuk buku dan aplikasih untuk anak-anak generasi muda, sehingga bahasa ibu, tidak hilang pungkasnya
Ketua pengurus perpustakaan Waribu Kampung Tablasupa juga menyampaikan bahwa, Fungsi khadiran perpustakaan di kampung guna mendukung kebutuhan masyarakat termasuk melestarikan budaya, kami akan terus berkoordinasi untuk tindak lanjuti hasil pembahasan ini, semoga ada pihak yang bisa bekerja sama dengan kami untuk mempermudah proses ini, tuturnya (*)
Ketua PHD AMAN Jayapura Raih Kursi DPR Provinsi Papua Hasil Penghitungan Suara Ulang
Oleh Nesta Makuba
Ketua Pengurus Harian Daerah AMAN Jayapura Benhur Wally akhirnya sukses menyegel satu kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua hasil Penghitungan Suara Ulang (PSU) di Distrik Sentani Kota.
Benhur yang maju menjadi calon legislatif dari Partai Nasdem ini meraih 1.079 suara dari Daerah Pemilihan III meliputi Kabupaten Jayapura. Ia mendapatkan kursi terakhir dari 9 kursi DPR Provinsi Papua yang diperebutkan hasil Penghitungan Suara Ulang (PSU) di Tempat Pemungutan Suara (TPS) Distrik Sentani Kota.
Berdasarkan hasil Penghitungan Suara Ulang yang dilaksanakan selama satu minggu terakhir tersebut, Partai Nasdem meraih dua kursi untuk DPR Provinsi Papua dari Daerah Pemilihan III. Kursi pertama diraih Cyntia Ruliani Talangan dengan perolehan 14.247 suara disusul kursi kedua diraih Benhur Wally dengan perolehan 1.079 suara.
Benhur Wally menjelaskan perolehan suara yang menghantarkannya ke parlemen ini merupakan hasil Penghitungan Suara Ulang. Awalnya, Benhur menggugat perolehan suara hasil pemilu bulan Februari 2024 lalu. Atas gugatan tersebut, Mahkamah Konstitusi memerintahkan KPU Kabupaten Jayapura melakukan penghitungan suara ulang di 225 TPS yang ada di Distrik Sentani Kota. Atas perintah MK tersebut, KPU melakukan Pemungutan Suara Ulang pada 27 Juni 2024 lalu.
“Hasilnya, saya memperoleh satu kursi di DPR Provinsi Papua,” kata Benhur Wally pada Rabu, 3 Juli 2024.
Benhur menjelaskan hasil penghitungan suara ulang yang diperolehnya ini telah disandingkan dengan data C hasil dan C Plano yang menetapkan Partai Nasdem meraih dua kursi. Dikatakannya, dari hasil pleno KPU ditetapkan perolehan suara Partai Nasdem naik, sehingga menempati perolehan kursi pertama dan kursi terakhir untuk anggota DPR Provinsi Papua dari Dapil III.
“Perolehan suara partai Nasdem 19.000, pada kursi ke 9 kosong, dan Nasdem diberikan kesempatan membagi bilangan pembagi tiga. Setelah dilakukan penghitungan ulang, Partai Nasdem mendapat tambahan satu kursi,” terangnya.
Sampaikan Terima Kasih ke Masyarakat Adat
Benhur Wally menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, terutama Masyarakat Adat yang tetap konsisten mengawal suara sehingga terpilih menjadi anggota DPR Provinsi Papua. Benhur bangga sebagai utusan Masyarakat Adat dapat memperoleh kursi di DPR Provinsi Papua.
“Semua ini berkat perjuangan, doa dan dukungan semua pihak, terutama Masyarakat Adat,” tandasnya.
Benhur mengaku tidak mudah untuk mendapatkan kursi di DPR Provinsi Papua. Butuh tenaga, pikiran, waktu dan biaya yang tidak sedikit.
“Saya lega bisa melewati semua itu,” katanya sumringah.
Tokoh Masyarakat Adat Bhuyaka Irenius Pepeho menyambut baik terpilihnya Benhur Wally sebagai anggota parlemen di DPR Provinsi Papua. Irenius menyebut terpilihnya Benhur sebagai representasi Masyarakat Adat di parlemen. Ia mengatakan perjuangan Masyarakat Adat mendukung Benhur tidak sia-sia, terbukti yang bersangkutan telah terpilih sebagai anggota parlemen.
“Masyarakat Adat bangga, kami percaya semua ini tidak diperoleh Benhur dengan mudah, butuh perjuangan yang panjang,” ujarnya.
Irenius yang juga Ketua DAS Wilayah Rabilbhu ini menaruh harapan besar kepada Benhur untuk tidak lupa memperjuangkan hak-hak Masyarakat Adat saat di parlemen nanti. Sebab, selama ini hak-hak Masyarakat Adat tidak mendapat perhatian di parlemen. Ia pun mencontohkan RUU Masyarakat Adat yang mangkrak satu dekade di DPR.
Menurut Irenius, sudah saatnya Masyarakat Adat didorong untuk ramai-ramai menuju parlemen agar bisa memperjuangkan hak-hak Masyarakat Adat yang selama ini dikangkangi.
“Harapan kita setelah Benhur, ada tokoh adat lainnya yang duduk di parlemen,” ujarnya.
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Jayapura, Papua
Snap Mor, Cara Tradisional Masyarakat Adat Biak Menangkap Ikan
Ratusan Masyarakat Adat Suku Biak berduyun-duyun pergi ke pantai. Mereka hendak menangkap ikan secara tradisional. Budaya ini kerap dilaksanakan Masyarakat Adat Suku Biak pada saat air laut pasang besar hingga surut besar yang terjadi di saat bulan sabit dan bulan purnama pertama di bulan Juni hingga Oktober. Cara menangkap ikan secara tradisional ini disebut Snap Mor.
“Snap Mor merupakan salah satu cara kegiatan mata pencaharian berkelanjutan yang dimiliki Suku Biak,” jelas Kumeser Kafiar, salah seorang tokoh Masyarakat Adat Biak Papua belum lama ini.
Suku Biak adalah salah satu suku di Papua yang mendiami pulau Biak dan sekitarnya. Pulau Biak berada di Utara Papua berbatasan langsung dengan Samudara Pasifik.
Suku Biak merupakan salah satu komunitas suku terbesar di Papua. Bahasa mereka satu, yang membedakan mereka adalah dialek yang dipakai oleh kelompok-kelompok komunitas dalam Suku Biak.
Suku ini mempunyai satu budaya yang cukup terkenal yaitu Snap Mor. Budaya Snap Mor merupakan kebiasaan Masyarakat Adat Biak melaksanakan pesta menangkap ikan secara beramai-ramai. Budaya ini sekaligus sebagai bentuk melestarikan Sumber Daya Alam mereka.
Kegiatan Snap Mor adalah kegiatan menangkap ikan secara tradisional dengan cara memagari sebagian pesisir dengan alat bantu jaring sambil menjaganya sejak air pasang waktu pagi hari atau subuh hingga saat air surut di siang hari. Disaat air surut, maka saat itu lah dipersilahkan semua warga kampung, bahkan kampung tetangga untuk mulai menangkap ikan.
“Tradisi ini sudah kami lakukan sejak nenek moyang. Hingga kini tetap dipertahankan turun temurun,” ungkap Kafiar.
Aktivis Aliansi Masyarakat Adat Nusantara AMAN dan Dewan Adat Papua Biak ini menjelaskan sebelum melakukan Snap Mor, daerah atau lokasi yang ingin dijadikan sebagai tempat Snap Mor harus disasi atau dilarang. Pelarangan ini dilakukan beberapa waktu tertentu sehingga tidak ada orang yang melakukan aktivitas penangkapan ikan di lokasi itu. Setelah habis waktu larangan, maka lokasi itu diizinkan untuk dilakukan aktivitas penangkapan ikan.
Sebelum Masyarakat Adat Suku Biak mengenal adanya jaring, maka yang dilakukan adalah mengumpulkan sebagian batu karang menjadi tumpukan, lalu membiarkan ikan untuk berada dalam tumpukan-tumpukan batu karang tersebut. Disaat air laut surut, masyarakat beramai ramai menangkap ikan yang berada pada tumpukan batu karang tersebut.
“Tumpukan batu karang tersebut disebut Mor,” terang Kafiar.
Lalu, dengan adanya pengetahuan jaring maka ditambah dengan kegiatan menjaring atau memagari tepi pantai atau laut dengan jaring.
“Cara ini disebut Snap,” imbuhnya.
Kafiar menambahkan Snap Mor dapat dikatakan kegiatan inklusi sosial karena dapat diikuti oleh anak anak, remaja, pemuda-pemudi laki- laki dewasa, orang tua maupun orang disabilitas.
Fredrik Morin, salah seorang nelayan di Biak mengakui tradisi Snap Mor merupakan tradisi sakral yang dilakukan pada waktu atau kesempatan tertentu. Fredrik menyebut kebiasaan Masyarakat Adat Biak ini turun temurun terus dilestarikan dalam upaya menjaga keseimbangan alam, yang condong menggunakan alat tangkap moderen. Menurutnya, cara menangkap ikan seperti ini sebagai bagian upaya mereka menjaga alam.
“Tradisi ini untuk menjaga keseimbangan alam, sehingga alam juga memberikan manfaat bagi kita manusia,” katanya.
Fredrik mengatakan selain untuk keseimbangan alam, tradisi Snap Mor juga sebagai edukasi kepada Masyarakat Adat untuk menjaga lingkungan agar populasi ikan tetap ada untuk memberikan manfaat ekonomi.
“Snap Mor tidak saja sebagai budaya dan tradisi, tapi juga untuk memenuhi kebutuhan dalam kegiatan-kegiatan besar yang dibuat oleh Masyarakat Adat Suku Biak,” tutupnya.
Penulis: Nesta Makuba
Potret Sekolah Adat Berbasis Teknologi di Perbatasan RI-PNG
Oleh : Nesta Makuba
Jayapura,20/12/2023_Jauh dari pusat kota dan hiruk pikuk keramaian, tak membuat sekolah adat di Distrik Mindiptana terasing. Sekolah adat yang berlokasi di dekat perbatasan RI-Papua Nugini ini justru diminati oleh banyak orang, terutama perempuan adat Papua.
Genoveva Kangrinon misalnya, ibu berusia 56 tahun ini sudah satu tahun lebih belajar di sekolah adat tersebut. Ia mengaku banyak sekali mendapatkan ilmu yang cukup berharga dari sekolah adat berbasis teknologi tersebut. Lanjutkan membaca “Potret Sekolah Adat Berbasis Teknologi di Perbatasan RI-PNG “